Sudah lama rasanya tidak menginjakan kaki di Stasiun Tugu atau sekarang disebut Stasiun Yogyakarta. Mungkin hampir 20 tahun sejak meninggalkan kota Yogyakarta untuk mengadu nasib mengais rejeki di Jakarta. Sejak Orang Tua Pindah ke Jakarta Juga maka Mudik Naik Kereta yang menjadi ritual tiap tahun menjadi tidak dilakukan kembali.
Bulan Oktober tahun 2019 saya kembali menginjakan kaki kembali di Stasiun Tugu Yogyakarta. Stasiun yang dulunya sederhana dan masih berbentuk bangunan tua jaman Belanda, saat ini telah berubah. Perubahan menjadi lebih modern, bersih dan lengkap dengan segala fasilitasnya.
Wajah Stasiun Tugu Yogyakarta Kini
Sejak Stasiun Kereta tidak boleh dimasuki selain penumpang alias pengantar dilarang masuk dan dilarangnya berjualan para pedagang asongan, stasiun sekarang lebih rapi dan bersih. Meskipun saya kangen juga beli nasi gudeg di pinggir rel stasiun yang dulu sering berjejer menjajakan dagangannya.
Baca Juga : Cara Menurunkan Gula Darah Dengan Mengurangi Konsumsi Daging
Stasiun Tugu saat ini dilengkapi dengan print tiket elektronik di bagian depan, sarana ATM berbagai Bank, Cafe, Restoran, dan lain-lain. Tak Ketinggalan Mushola juga sudah lebih luas dan bersih, lokasi masih tetap di pojok stasiun kereta. Tempat peron tempat naik turun kereta juga sudah dibuat sejajar dengan ketinggian kereta api dan lebih lebar sehingga nyaman untuk penumpang menunggu, naik, dan turun kereta.
Layanan Di Stasiun Tugu Yogyakarta
Stasiun Tugu atau Stasiun Yogyakarta merupakan stasiun kereta api kelas besar tipe A yang terletak di Kota Yogyakarta. Stasiun yang terletak pada ketinggian +113 meter ini merupakan stasiun terbesar yang berada dalam pengelolaan PT Kereta Api Indonesia (Persero) Daerah Operasi VI Yogyakarta, Kota Yogyakarta, dan Daerah Istimewa Yogyakarta. Stasiun ini beserta rel KA yang membujur dari barat ke timur berada di Kecamatan Gedongtengen. Disini melayani pemberangkatan dan kedatangan hampir semua kelas kereta api (KA), kecuali KA kelas ekonomi jarak jauh dan menengah bertarif subsidi. Stasiun besar lainnya di Kota Yogyakarta, yaitu Stasiun Lempuyangan, khusus hanya melayani kelas ekonomi dan KA lokal/komuter.
Stasiun Yogyakarta terbagi menjadi dua emplasemen, yaitu emplasemen utara yang memiliki enam jalur kereta api dengan jalur 5 sebagai sepur lurus pertama dan emplasemen selatan yang memiliki tiga jalur kereta api dengan jalur 3 sebagai sepur lurus kedua.
Sejarah Stasiun Tugu Yogyakarta
Stasiun Tugu yang diresmikan tahun 1887 ini merupakan salah satu stasiun yang cukup tua, stasiun ini memiliki arsitektur yang unik. Gedung stasiun berada di tengah kedua sisi rel kereta api, sedangkan bangunan menghadap ke jalan poros Kota Yogyakarta. Arsitektur stasiun ini bergaya art deco yang sangat populer pada masa antara Perang Dunia I dan Perang Dunia II. Stasiun ini pernah menjadi tujuan akhir perjalanan kereta luar biasa Presiden Republik Indonesia pertama, Ir. Soekarno, saat memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Yogyakarta. Kini stasiun tersebut ditetapkan sebagai cagar budaya oleh Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta.
Stasiun ini memiliki keunikan, antara lain memiliki dua monumen lokomotif. Monumen yang pertama adalah mesin uap portabel buatan Marshall Britannia, Inggris yang dipajang di pintu masuk keberangkatan sisi timur. Posisi yang semula berada di tengah-tengah jalan masuk stasiun, kini dipindahkan di sayap utara jalan tersebut. Sementara itu, di sisi selatan stasiun, dipajang lokomotif diesel hidraulik D301 22 sejak 12 Desember 2018.
Nah itulah sekilas perjalanan saya di Stasiun Tugu Yogyakarta, Semoga bermanfaat.
Artikel Selanjutnya : Rumah Makan Padang Murah Meriah Batang Yang Lengkap dan Nyaman